Oleh : Setyo Ari Kusmawan (Argon’s)
Aku datang ke Bandung untuk masuk perguruan tinggi pastinya swasta (tidak mungkin di negri karena IQ –ku yang rendah) ditahun 1995 setelah tamat dari sekolah tingkat atas, sesuai cita-cita kedua orang tuaku, aku mulai mengerti bahwa dengan kuliah aku mendapatkan ilmu yang berguna untuk pekerjaanku nanti. Dengan berjalanya waktu sudah 4 semester aku lalui dengan penat, aku mulai jarang kuliah. Diantara tahun 1996-1998 aku mendengar berita-berita di televisi bahwa ada penculikan aktivis mahasiswa (sadis euy) dengan terus mengamati pekembangan politik dan ekonomi saat itu, dimana masyarakat mulai gerah dengan kondisi ekonomi & politik Indonesia yang dipimpin rejim otoriter Soeharto. Di tahun 1998 Demonstrasi dimana-mana, aku mulai tergugah dan bergerak untuk ikut bergabung bersama temen-temen di kampus, setelah terjatuhnya rejim soeharto dari tumpuk kekuasaan, aku mulai timbul untuk terjun ke dunia politik. Aku mendatangi sekretariat salah satu partai politik, saat itu partai ini benar-benar partainya kaum muda yang progressive revolusioner, partai dimana satu-satunya yang berani muncul di jaman kekuasaan otoriter pada tahun 1995 dipimpin kaum muda, yang langsung mendapat sambutan sangat panas di tuduh sebagai partai berbau komunis oleh sarwan hammid kala itu menjabat sebagai menteri di era Soeharto.
Aku diterima kawan-kawan dengan ramah (bener-bener anak-anak muda semua) rata-rata seusiaku (20-24 tahun)…aku mulai rajin untuk datang ketempat tersebut, disinilah aku mulai berfikir secara rasional melihat suatu keadaan, tidak subyektif, berfikir dengan materialisme, logika yang berdialektika serta hostoris. Akupun mengikuti KURPOL (kursus politik) yang diadakan di skretariat sebagai salah satu syarat menjadi kader pergerakan (busyeet..baru kali ini aku melihat pergerakan mendidik calon kader dengan kursus-kursus, membaca, diskusi, mengorganisir massa buruh, tani, KMK kaum miskin kota, aksi/demonstrasi, bener-bener dididik sebagai pemimpin & membela kaum tertindas pikirku) ….
Aku mulai menyadari, bahwa yang aku pelajari dan lakukan bener-bener untuk kepentingan khalayak banyak terutama kaum miskin/tertindas. Disaat kita beraksi kita tidak berdasaran uang/kepentingan kelompok, kami sadar atas kondisi realita kehidupan sehari-hari, hati nurani dan pikiran dan kita selalu berfikir satu langkah kedepan…tuntutan demi tuntutan kita teriakan (Naikan upah buruh 100%, Pencabut Dwi Fungsi ABRI disertai pembubaran KODAM, KODIM, KORAMIL karena banyak korupsi di instasi ini serta tidak ada fungsi keamanan hanya fungsi untuk menakut-nakuti rakyat kecil, Pendidikan Gratis dan murah untuk rakyat alhamdulilah saat ini program tersebut mulai digalakkan, kesehatan gratis untuk kaum miskin sekarang sudah mulai dengan ASESKIN, turunkan harga pokok, traktor untuk petani penggarap, dll.).
Aku mulai mempunyai ideology, apapun yang bersangkutan dengan ketidak adilan aku dan kawan-kawan pasti melawan. Disnilah aku mulai memberontak dan bersuara lantang jika kita turun kejalan/demonstrasi (senjata orang miskin adalah bersatu untuk turun kejalan meneriakkan tuntutan-tuntutan) dan terus melawan…kebenaran yang hakiki adalah dimana tidak ada kesenjangan dalam hidup, kesejahteraan untuk semua rakyat, hidup layak, kesehatan yang murah, mendapat pendidikan yang sama, keadilan bagi semua tidak pandang bulu di mata hukum, tidak lagi ada kejahatan kemanusiaan.
Aku mulai tinggal disekretariat, sudah kutinggalkan duniaku sebelumnya (dunia hura-hura). Kini aku fokus apa yang ku kerjakan, kerja-kerja kita adalah kerja kolektif. Seperti semua orang idiealis yang lainnya, atau pada saat itu jiwaku masih muda yang tak pernah takut akan suatu hal (mati tertembak tentara…mati dihilangkan/ diculik seperti kawan-kawanku sebelumnya…pikirku lagi “lebih baik mati ketimbang hidup sebagai pengecut”).
Pada suatu saat aku didatangi kedua orang tuaku dari salah satu desa kecil di Jawa Timur beserta kakak-kakakku ke sekretariat yang selama ini aku bergerak bersama kawan-kawan seperjuangan. Orang tuaku menginginkan aku untuk pulang dan berhenti untuk berpolitik ibuku berkata “sudahlah pulang, nanti saja kalau kamu sudah mapan, kamu dapat melanjutkan kembali berpolitik” (huh…ini bener-bener sulit dalam seumur hidupku untuk menentukan pilihan) akhirnya aku memberi sebuah jawaban yang keluar dari mulutku kepada orang tuaku dan aku bilang “Anggap saja bahwa anakmu yang satu ini sudah mati” dengan begitu tidak usah memikirkan aku lagi” sontak diruangan yang sempit itu semua keluargaku terutama kedua orang tuaku langsung lemas dengan tatapan kosong, kupandangi bibir kedua orang tuaku, begitu gemetar dan mereka menangis mendengar jawabanku yang begitu manyakitkan (semua larut dalam kesedihan), mereka pulang tanpa hasil untuk mengajak aku pulang. Setelah satu minggu kejadian itu aku mendapat kabar dari saudaraku yang berkunjung ketempatku, bahwa Bapakku jatuh sakit, Ooh…aku hanya bisa berdo’a semoga beliau cepat sembuh. Dan itu tidak membuatku untuk berhenti dari panggung pergerakan, aku sudah bertekad bahwa apa yang aku lakukan adalah sudah benar yang timbul dari hati nurani anak manusia indonesia.
Aku terus bergerak untuk tetap pada jalur hidupku yaitu untuk kepentingan semua, aku lupa akan masa depanku sendiri demi kedaulatan rakyat. Pada suatu saat kodya Bandung mengadakan pemilihan ketua, pemilihan dilakukan secara voting, dalam pemilihan aku dipilih oleh semua yang hadir kecuali aku yang tidak memilih diriku sendiri sebagai ketua, karena aku merasa dalam diriku belum siap, secara voting jelas aku kalah, Akhirnya aku menerimanya. ini semua sudah diatur oleh temenku tanpa sepengetahuanku untuk menjadikanku sebagai ketua (akhirnya temenku buka suara sendiri, kurang ajar…??), aku menjalankan semua tugas dan tanggung jawab ini bersama kolektive. Setalah berjalannya waktu kurang lebih dalam 1,5 tahun aku memimpin, aku mulai merasa tidak ada keharmonisan antar anggota/kader, KOK (kritik oto kritik) pun dijalankan, ada beberapa perdebatan ideology, subyektif, pergulatan antara kota dan wilayah serta pusat, masuknya orang-orang intelijen militer (komplek dech). Aku merasa yang dibawah seolah-olah hanya dijadikan boneka dan waktu mulai berjalan kondisi pergerakan sudah tidak sehat, disaat itu juga aku jatuh sakit ditahun 2001 genap usiaku ke 24 (aku terserang penyakit tipus) diakibatkan kemungkinan makan yang tidak teratur (makan kadang-kadang 1 hari sekali, kadang hanya indomei, kopi dan rokok adalah kesukaanku (sebelum aku berhenti merokok).
Aku pulang ketempat kakakku untuk dirawat seharusnya aku di opname dirumah sakit tapi aku menolak hanya alasan klasik tidak ada biaya! (ketimbang membutuhkan biaya banyak mendingan dirawat sendiri karena biaya rumah sakit pasti mahal dan apabila aku tidak tertolong/mati aku tidak membebani semua dengan biaya-biaya rumah sakit, apabila sembuh hanya mengeluarkan biaya obat-obatan yang dibeli dari sebuah apotik saja..haha..haha…..perhitungan untuk hidup).
Aku terbaring dikamar selama 1,5 bulan dirawat oleh kakakku & pembantunya, untuk berdiripun aku tidak bisa, disaat buang air kecil aku disiapkan pispot, untuk buang air besar aku diangkat…? (sakit membuatku tidak berdaya…tidak se-berani waktu intel KODAM Siliwingi mau menculikku dan pada saat menghadapi aparat yang membawa pentungan serta senjata untuk menembaki kami disaat kami menuntut hak-hak kami -tragedi KPU-1999-) Akhirnya kedua orangtuaku datang juga dari desa untuk menjengukku, dengan kasih sayang seorang ibu beliau terus merawatku (dalam benakku ”kutukupret tidak ada satupun kawanku yang menengokku”) setelah masa penyembuhan dari sakit baru kawanku datang (mungkin juga mereka sibuk dalam pergerakan..pikiran positifku), dari sekian banyak hanya 3 orang kawanku yang datang. Di dalam lamunanku ternyata kasih ibu itu sepanjang jaman itu bukan hanya dalam kiasan, walaupun pernah aku sakiti perasaannya, sebagi seorang ibu beliau menunjukkan rasa sayangnya terhadap diriku…
Aku menitikkan air mata diatas tempat tidurku dengan tubuh tidak berdaya, aku merasa berdosa pada saat itu aku telah menyakitinya. Beliau adalah orang yang mangandungku selama 8,5 bulan, beliau memberiku makan setiap hari, yang telah mencurahkan kasih sayangnya selama ini…aku..aku…akuu…telah mengabaikannya? kembali air mataku keluar dan ibuku menyekanya , didalam hati aku berkata ”ibu maafkan aku yang telah tidak hormat dan durhaka terhadapmu, batin ku semakin tersiksa” (aku tidak berani mengungkapkan kata-kata itu dihadapanya..mulutku terasa tersumbat,..kerena dengan ucapan saja tidak cukup untuk menggantinya) Aku mulai sadar bahwa aku harus membalas apa yang pernah orang tuaku perbuat untuk-ku, aku telah menyakitinya. Dengan berat hati aku harus memilih untuk menyatakan keluar dari panggung pergerakan & organisasiku….
Aku pulang ke desa, setelah sembuh dari sakit aku pulang ke kampung halamanku didesa salah satu di Jawa Timur. Aku mulai mengembalikan kasih sayang yang dahulu telah hilang bersama kedua orang tuaku. Satu bulan kemudian aku berlibur ke pulau Bali untuk menenangkan diri, disinlah aku mulai bangkit untuk hidup secara normal, aku harus bisa menyenangkan kedua orang tuaku khususnya, itu janji dalam diriku, sambil menatap deburnya ombak dan kupandangi indahnya pantai kuta. Setelah pulang dari Bali aku pergi ke Jakarta untuk bekerja, akupun mulai mencari pekerjaan, beberapa lamaran kerja aku buat dan aku masukkan ke beberapa perusahaan, akan tetapi satupun tidak ada perusahaan yang mau menerimaku jadi karyawan. Dalam keputus asa-anku, aku pergi ketempat temenku di kota tangerang, disinilah awal aku mencari uang untuk hidupku sendiri akibat susahnya mencari uang akhirnya aku meminjam sepeda motor temenku untuk mengojek dikawasan industri di kota tersebut selama 3 bulan, diguyur hujan, terjemur teriknya matahari (huh busyet) aku lalui dengan senang hati, setelah itu aku ditawari bekerja oleh temenku di pabrik meuble, disini aku bertahan bekerja selama 2 bulan, berat bener hidup ini! aku menitikkan air mata lagi disaat aku mengangkat kayu untuk dijadikan kursi dan meja (dalam selintas dalam pikiranku, aku teringat kedua orangtuaku), dalam hati kecilku kenapa aku dahulu tidak menuruti kata-kata orang tuaku, kenapa aku berani sama orang tua. Kesedihanku mulai timbul, ternyata mencari uang itu tidak semudah yang kita bayangkan hatiku terus bicara! akhirnya aku keluar dari perusahaan tersebut karena perusahaan sudah mengakhiri kontrak kerjaku.
Aku kembali ke Bandung. Setelah kembali ke Bandung ditempat kakaku, aku bekerja sebagai Medical Representative di salah satu Apotik di Bandung, selama kurang lebih 2 minggu, tak lama juga kerena aku mendapat panggilan kerja sebagai security di Proyek salah satu mall dibandung dekat rumah kakakku (itung-itung irit di ongkos..mulai perhitungan nich ye), itupun juga tidak lama kurang lebih 2 minggu juga. Sebab ditempat aku bekerja pihak Consultant Management Construction membutuhkan tenaga kerja Document Control. Akupun mencoba melamar ke tempat tersebut dengan bekal transkip nilai masa kuliah, untuk menunjukkan bahwa aku pernah kuliah walaupun tidak tamat (dasar…), akupun diterimanya dan bekerja di consultant proyek bidang pengawasan.
Aku mulai bekerja di Consultant Construction Management , (haah…. aku bekerja di proyek gumanku disaat sendiri), akan tetapi disinilah aku mulai ada peningkatan mulai dari Gaji sampai statusku dalam masyarakat Indonesia tercinta ini. Waktu terus berlalu aku dipercaya sama pimpinanku sehingga aku diminta ke Jakarta untuk bergabung lagi disalah satu proyeknya dikawasan kelapa gading, dalam kesempatan ini aku tidak menyia-nyiakanya, aku belajar dan belajar walaupun aku tidak ada latar belakang dalam konstruksi dan teknik aku kuliah jurusan komputer akutansi (tidak tamat), akan tetapi Pimpinanku selalu memberikan motivasi yang luar biasa, beliau mengatakan “bahwa semua orang bisa melakukan pekerjaan walaupun tidak ada latar belakang atau apapun asal orang itu mau belajar dan belajar serta berusaha”. Mentalku-pun mulai terbangun untuk maju. Pada suatu saat aku dipercaya menjadi supervisi pada proyek kedua, bahkan banyak orang yang menyangka aku lulusan ITB ( huh… ITB dari Hongkong…haha..haha...) Aku tak mau kalah dengan mereka, jika mereka tidak belajar maka aku dapat menyusul mereka-mereka yang mempunyai latar belakang konstruksi itu tekadku, dengan semangatku yang menggebu-gebu aku mulai mengerti masalah konstruksi, inipun tidak aku sia-siakan lagi kesempatan ini. Aku selalu jujur kepada semua, bahwa aku tidak ada latar belakang teknik/konstruksi, bahkan aku sempat dikirim oleh perusahaanku ke Balikpapan Kalimantan Timur untuk Proyek Hotel, setalah pulang kembali ke tanah jawa aku dipercaya lagi untuk proyek-proyek berikutnya sampai saat ini….
Aku mulai mengambil kesempatan, selain kerja aku melanjutkan untuk kuliah, menamatkan pendidikanku yang telah putus ditengah jalan, hal ini juga untuk menebus kesalahanku kepada kedua orang tuaku serta cita-cita kedua orang tuaku untuk menjadikan ku sarjana (meningkatkan status dalam masyarakat pikirku sejenak..ooh…kutukupreet…anjing dengan status), setelah aku telaah lebih lanjut bahwa karierku akan mentok sampai disini, karena itu tadi aku tidak ada latar belakang teknik dan tidak punya titel …..(itulah Indonesia raya)!
Aku memulai memberanikan diri untuk memutuskan merintis sebuah usaha sampingan, usaha ini tidak menganjurkan aku untuk keluar dari kerja, usaha sampingan gumanku…
usaha butuh modal besar
usaha butuh tempat
usaha tidak boleh rugi
ketiga ini yang sering ditakuti banyak orang untuk memulai membuka usaha, akan tetapi ini pikiran yang salah kaprah. Disinilah tekadku semakin kuat, usaha sampingan ini untuk masa depanku nanti, atau jika hari tuaku nanti sudah tak sanggup lagi bekerja atau di PHK bahasa kerenya…aku masih tetap berproduksi yang penting menghasilkan….
untuk membuka usaha ini aku hanya mempunyai tekad :
keberanian (berani malu juga ha..ha..ha..)
kedisiplinan
kemauan
kesabaran
Aku memulai merintis usaha ini dari nol dan tanpa modal, tanpa tempat dan pernah rugi (haha..ha.. itu dulu sekarang udah nggak coy), dimana aku hanya mempunyai ide dan ide itu aku sampaikan kepada temenku tidak kusangka ternyata temenku tertarik dan percaya terhadapku, temenku mempunyai modal saat itu kurang lebih Rp. 13.000.000, akan tetapi temenku mempunyai syarat bahwa apabila usaha ini rugi maka modal akan dibagi dua dan apabila usaha ini menghasilkan laba, maka laba tersebut juga akan dibagi dua (waaah…kayak teori nilai lebihnya Karl Marx aja).
Akupun berusaha dengan sangat hati-hati, aku jalani dengan senang hati dengan semangat 45 serta kesabaran, aku mulai datang ketempat teman-temanku dalam keadaan kehujanan, kepanasan, kemalaman, dsb. agar mereka membeli produk yang aku tawarkan. Banyak kejadian yang sangat menarik disini, bermacam-macam tanggapan yang di ekspresikan oleh temen-temenku :
- ada yang menertawakanku (anjrit malu pisan)
- ada yang mengacuhkan (sakit hati euy)
- ada yang melecehkan (sudah terbiasa..he..he..he..)
- dan adapula yang membeli (nah ini yang membuat aku semangat lagi)
Aku tidak pernah mengeluh dengan hasil berapa yang aku peroleh, dan ternyata pada suatu hari temen-temenku yang memberi tanggapan yang lucu-lucu seperti diatas menghampiriku untuk minta bantuan agar diberi kemudahan untuk mengambil barang dariku (busyeet…makanya jangan takut dan malu untuk memulai, akhirnya mereka datang juga dan membutuhkan kita) dalam merintis usaha dengan modal nekad ini! pikiranku hanya satu, kapan BEP-nya? (break event point)/kapan bisa kembali modal itu saja…alhamdulillah dalam jangka 1 tahun usahaku sudah balik modal.
Aku tidak pernah berhenti untuk berusaha mengembangkannya, usaha yang aku jalani bersama temenku ini, sudah menginjak hampir 1,5 tahun. Saat ini mempunyai 2 cabang di kota Bandung (cabang-cabangan bahasa kerenya Link), yach walaupun masih kecil skalanya & lingkupnya, setidaknya aku sudah memberanikan diri untuk terjun ke dunia usaha. Sampai saat ini asset tersebut menjadi kurang lebih Rp. 50.000.000,- dalam 1,5 tahun aku mengembangkan lagi usaha, usaha ini aku sendiri yang mengerjakan hingga membeli bahannya, memasarkannya serta pembukuan aku sendiri yang mengerjakan. Pertama-tama temenku aku beri tau bahwa aku mau buka usaha lagi temenku menentangnya, setelah aku beri penjelasan dan tantangan dariku “ apabila ini tidak bareng-bareng, maka usaha ini aku sendiri yang mau jalani” tak begitu lama temenku langsung memberi kesepakatan dan memberi modal yang diambil dari usaha pertama.
Tidak begitu banyak modal yang diberikan padaku, pertama aku diberi modal Rp. 1.000.000,- setelah berjalan tiga bulan modal ditambah menjadi 3.500.000,- dengan kesabaran dan tidak punya malu tadi alhamdulillah dalam jangka 5 bulan sudah balik modal…..
aku berusaha akan terus mengembangkan usahaku ini, agar dikemudian hari berkembang dan berkembang……...
Aku bahagia dengan semua perjalan hidupku ini yang penuh lika-liku dan misteri, demikianlah langkah awal untuk menjadi sesuatu yang berguna, kalau tidak berguna jangan ditiru ntar nyasar……
Aku mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang selama ini membuat hidupku penuh dengan warna dan misteri akan tetapi tetap nyata seperti diriMu….ucapan syukur selalu saya lantangkan di saat aku buang hajat…..dan terima kasih untuk kedua orang tuaku yang telah melahirkan aku kedunia dagelan ini……pimpinanku yang telah memberikan kesempatan untuk maju…Andri Wongso yang terus memotivasi hidupku untuk berfikir secara bijak….safir senduk dengan bukunya perencanaan keuangan dan sahabat-sahabatku yang masih mengakui keberadaanku di dunia yang penuh intrik nan sadis…...Amien…..!
………………………………..Sukses Adalah Hak Saya……………………………..