Pages

ALBUM

Jumat, Juni 03, 2011

Sosok "Ahmad Fuadi"

Ditulis oleh : Setyo Arie Kusmawan

Ahmad Fuadi, lahir di Maninjau Sumatera Barat 30 Desember 1972 adalah seorang Penulis Novel Trilogi 5 Menara yang sangat fenomenal, pekerja sosial serta mantan wartawan Tempo dari Indonesia. Penerima 8 beasiswa keluar negri, anak seorang guru agama sekolah dasar yang kehidupanya sangatlah sederhana atau dibilang miskin. Seumur hidupnya ahmad fuadi tidak pernah menginjakkan kakiknya diluar ranah minangkabau. Masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di hutan Bukit barisan, main bola di sawah dan mandi di air biru Danau Maninjau.

Tiba-tiba Ahmad Fuadi harus melintasi pegunungan Sumatera menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur di Ponorogo. Ibunya menginginkan ahmad fuadi menjadi Buya Hamka (tokoh muhammadiah yang disegani di Sumatera) walau Ahmad Fuadi ingin dirinya sebagai BJ. Habiebie dengan setengah hati Ahmad Fuadi mengikuti perintah ibunya belajar di Pondok Pesantren Modern Gontor di jawa Timur.

Ahmad Fuadi sangat terkesima dengan mantra sakti “man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses”. Dibawah menara masjid ahmad fuadi dan teman-temanya sambil menunggu adzan maghrib menatap awan lembayung yang berarak ke ufuk, awan-awan itu menjelma menjadi Negara dan Benua Eropa sebagia impian Ahmad Fuadi dan teman-temannya. Kemanakah impian itu akan mereka bawa? Mereka tidak tahu yang mereka tahu adalah : jangan pernah remehkan impian/cita-cita, walau setinggi apapun impian/cita-cita, Tuhan sungguh maha mendengar.

Setelah lulus dari Pondok Modern Gontor, Ahmad Fuadi sudah bisa 2 bahasa, bahasa Arab dan Inggris. Impianya tinggi betul, ingin belajar di Institut Teknologi Bandung seperti bapak BJ. Habiebie dan sekolah di Amerika. Dengan semangat yang membara Ahmad fuadi pulang kampung ke Maninjau dan tak sabar ingin kuliah. Namun kawan karibnya Randai meragukan kemampuan Ahmad Fuadi lulus UMPTN dan Ahmad Fuadi sadar betul ada satu hal penting yang dia tidak punya yaitu ijasah SMA. Bagaiman mungkin mengejar cita-cita setinggi langit tanpa ijazah.? (karena di pondok pesantren tidak diberi ijazah formal SMA). Ahmad Fuadi mendobrak rintangan berat dengan mengikuti ujian untuk mendapatkan Ijazah SMA dengan susah payah setiap hari belajar dari buku-buku pinjaman kawan karibnya Randai akhirnya Ahmad Fuadi lulus menadapatkan Ijasah SMA. Rintangan ini belum juga reda badai lain menggempurnya Ahmad Fuadi harus ikut UMPTN agar bisa masuk kampus yang di cita-citakan di ITB (institute Teknologi Bandung) dan ternyata Ahmad Fuadi gagal masuk ITB dan akhirnya diterima di UNPAD (universitas padjadjaran).

Ahmad Fuadi berangkat ke kota Bandung untuk meneruskan kuliah, dengan biaya dari hasil bapaknya menjual sepeda motor kesayanganya (motor keluaran tahun70’an), yang dituju adalah tempat kawanya Randai yang lebih dulu masuk ITB,mereka satu kos di daerah tubagus ismail. Rintangan mulai datang kembali disaat ayahnya meninggal dunia, hidupnya mulai sulit jangankan untuk membayar uang kuliah untuk makan sehari-hari saja tidak bisa, Ahmad Fuadi mulai berjualan dari alat-alat rumah tangga hingga menjadi sales kecantikan bahkan dia sempat bertanya-tanya “sampai kapan aku harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini” hampir saja dia menyerah. Rupanya mantra “man Jadda wajada saja tidak cukup dalam memenangkan hidup, Ahmad Fuadi ingat mantra kedua “man shabra zhafira, siapa yang sabar akan beruntung. Ahmad fuadi mulai menulis artikel di Koran Bandung, dan artikelnya dimuat di sebuah Koran dengan senangnya ahmad fuadi mendapat honor dan keinginanya mentraktir teman-temanya alangkah malunya karena honor yang diterima hanya Rp. 15.000,- tidak cukup mentraktir Untuk mentraktir teman-temanya, ahmad fuadi selain menulis artikel di Koran-Koran tak lupa dia meluangkan waktu hidupnya untuk mengajar anak-anak tidak mampu di area TPAS (tempat pembuangan akhir sampah) di daerah bandung.

Ahmad Fuadi yang selalu tak pernah menyerah akhirnya tulisan-tulisanya sudah menjadi langganan Koran bandung. Berbekal kedua mantra tersebut dia songsong badai hidup satu persatu.

Ahmad fuadi mengkuti test program pertukaran pemuda antara Indonesia dan kanada dan awal mula ahmad fuadi menjadi duta muda bangsa ke kanada. Terwujud sudah impianya untuk pergi ke benua Amerika sebuah awal untuk ke benua eropa lainya. Sebuah tekad untuk meraih mimpi yang menjadi sebuah kenyataan dengan ketekunan, usaha keras dan kesabaran. Semoga menjadi inspirasi pembaca untuk lebih maju, mandiri dan membangun.

Pendidikan

- KMI Pondok Modern Gontor, Ponorogo (1988-1922)

- Program Pendidikan Internasional, Canada World Youth, Montreal Kanada (1995-1996)

- National University of Singapore studi satu semester (1997)

- Universitas Padjadjaran Jurusan Hubungan Internasional (September 1997)

- The George Washington University, Washington DC, MA dalam media and Public Affairs (Mei 2001)

- Royal Holloway, Universitas London, Inggris, MA dalam Medi Arts (September 2005)

Penghargaan dan Beasiswa

- SIF-ASEAN Visiting Student Fellowship, National University of Singapore Indonesian Cultural Foundation Inc Award, 2000-2001

- Columbus School of Arts and Sciences Award, The George Washington University The Ford Foundation Award 1999-2000

- CASE Media Fellowship, University of Maryland, Collage Park 2002

- Beasiswa Fulbright, Program Pascasarjana The George Washington University1999-2000

- Beasiswa British Chevening, Program Pascasrjana, University of London 2004-2005

0 komentar:

Posting Komentar

Modern Moslem

Modern Moslem
wawasan religi modern