Pages

ALBUM

Sabtu, Januari 09, 2010

Perempuan Itu Ibuku

Oleh : Setyo Arie Kusmawan (Argon)

Perempuan itu kini sudah renta

Mulai ku dengar cerita dukamu masa lalu,
Di saat usia kandunganmu beranjak 7 bulan untuk anak pertamamu, engkau sudah mendapatkan derita diawal tahun 1966, rumahmu telah dikepung oleh ratusan jagal-jagal manusia.

Engkau ditidurkan diatas meja dikalungi sebuah celurit untuk mengaku bahwa dirimu seorang GERWANI.

Selain lehermu dikalungi sebuah celurit untuk membuatmu mengaku, disodorkan potongan daun telinga dengan darah segar yang masih menetes, sangat jelas daun telinga itu kepunyaan seseorang wanita (terlihat perhiasan anting-anting yang masih melekat di daun telinga itu) diarahkan ke wajahmu, disaat itu kandunganmu mulai tampak besar.

Yang tak habis pikir, bahwa Jagal-jagal manusia itu adalah sahabat kecilmu sendiri pada saat belajar mengaji bersama di surau dekat rumahmu dan para pasukan yang berseragam lengkap…...!!

Perempuan itu kini sudah renta

Matamu kini mulai berkaca-kaca melanjutkan kisahmu,

Waktu ditidurkan diatas meja engkau terkencing-kencing, berdo’a dan mohon ampun akan tetapi merekapun malah tertawa terbahak-bahak dan membentak-bentak disertai caci makian.

Diam dan menangis, sesekali dirimu memberi pembelaan bahwa engkau adalah seorang pekerja seni (penari), engkau pernah diundang diacara pemudi fatayat, pemuda marhaen dan pernah juga di undang di acara Lekra. Apakah salah melestarikan kebudayaan Indonesia….yang diwariskan oleh leluhurnya…..!!

Perempuan itu kini sudah renta

Harta Benda yang tersisa saat itu hanyalah rumah tempatmu untuk berteduh. Sawah, kerbau, emas engkau serahkan kepada Jagal-jagal manusia itu agar dirimu tetap Hidup.

Sudah tidak ada lagi harapan untuk memperbaiki nama baikmu, di sosial masyarakat yang katanya beradab ini. Engkau hanya di tuduh, tanpa ada peradilan dikala itu. Benarkah tempat kelahiranmu adalah Negara Hukum….!!

Sudah tidak ada lagi wajah ceriamu, hanya kekuatan dirimu sendiri yang masih tersisa. Kuperhatikan dalam-dalam raut wajahmu masih nampak trauma kehidupan, bibirmu selalu berguman sendiri tanpa suara dikala kau merenung.

Perempuan itu kini sudah renta

Di akhir cerita engkau berpesan padaku;

Jangan pernah dendam anakku dan jadilah Manusia yang Beradab anakku…..
Biarkan itu menjadi kisah hidupku anakku dan jadilah Manusia yang Berfikir secara adil anakku…..
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
* diangkat dari tragedy kemanusiaan 1965-1966, daerah dataran rendah antara Lereng Gunung Lawu & Gunung Wilis.

0 komentar:

Posting Komentar

Modern Moslem

Modern Moslem
wawasan religi modern