Ditulis Oleh : Budiman Sudjatmiko
Anggota F-PDIP DPR
Pembina Parade Nusantara
(Persatuan Rakyat Desa Nusantara)
Saat saya menemui Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva di kantor barunya, Instituto da Cadadania atau Institut Warga Negara di Sao Paulo, 23 Mei petang lalu, karismanya terpancar dari kebersahajaannya.
Saat itu Lula didampingi Luiz Dulci mantan Menko Ekonomi Politik dan sekjen Partai Pekerja. Luiz Inacio da Silva (Lula) adalah presiden yang prestasi-prestasinya selama memimpin Brasil diakui lawan-lawan politiknya dan dunia. Sebagai tokoh Sosialis dia dihormati oleh aktivis-aktivis gerakan sosial dalam Forum Sosial Dunia dan dikagumi pebisnis dalam Forum Ekonomi Dunia.
Mematahkan Mitos
Dalam diskusi selama sekitar 1,5 jam, Lula dan Luiz menjelaskan bahwa apa yang coba diraih oleh Lula selama dua periode pemerintahannya adalah melakukan transformasi sosialis secara progresif dan tidak dogmatis. Itu adalah arah pembangunan nasioanl yang baru bagi Brasil. Mantan pemimpin buruh ini mencoba mematahkan mitos-mitos neoliberalisme yang selama ini dipegang oleh Pemerintah Brasil sebelumnya.
Dengan bahasa yang mudah dicerna, Lula dan Luiz menjelaskan sejumlah mitos neoliberal. Diantara mitos-mitos tersebut adalah bahwa pemerintah harus mendorong lebih banyak ekspor karena susah bersandar pada daya beli masyarakat Brasil (pasar domestik) yang rendah. Untuk memetahkan mitos tersebut, Lula mencoba mengembangkan ekspor sekaligus mengembangkan pasar domestik.
Hal ini dilakukan Lula dengan mendorong bank-bank milik Negara memberi lebih banyak kredit bagi perusahaan pertanian besar dengan bunga rendah 3 persen pertahun dengan sanksi yang tegas jika tidak melunasinya. Hasilnya adalah mereka jadi lebih produktif dan kompetitif mengekspor produk pertanian ke luar negeri.
Dipihak lain sebagai pemerintah yang berkomitmen meningkatkan harkat masyarakat miskin, khususnya kalangan petani (sekitar3,5 juta keluarga tani miskin), bank-bank Negara juga di dorong memberikan kredit tetapi dengan bunga negatif. Bunga negatif berarti petani-petani miskin bisa membayar utang dalam jumlah kurang dari kredit yang diterimanya. Dengan demikian diharapkan petani menengah kebawah bisa lebih produktif.
Dampak dari kebijakan ini, sekarang 70 persen kebutuhan pangan masyarakat Brasil dipenuhi oleh petani-petani menengah ke bawah. Sebagai konsekuensinya selama dua periode pemerintahannya, Lula berhasil membebaskan 24 juta rakyat Brasil dari garis bawah kemiskinan dan mengangkat 35 juta kelas menengah baru. Bahkan selama periode kedua pemerintahannya kelas menengah bertambah 10 persen per tahun.
Meski demikian pemerintahan Lula juga tetap mengakomodasi sekstor swasta dalam membangun perekonomian Brasil. Beberapa BUMN strategis seperti Petrobas (minyak) atau Bank Brasil dimasukkan ke bursa efek :49 persen sahamnya diperdagangkan dan 51 persen tetap dikuasai pemerintah. Ini telah memungkinkan Bursa Efek Brasil (bovespa) menjadi referensi penting di Amerika Latin. Ada juga mitos lain seputar inflasi dan pertumbuhan ekonomi di era pemerintahan sebelumnya. Mitosnya adalah bahwa perekonomian Brasil tidak boleh tumbuh lebih dari 2 persen agar inflasi bisa dikendalikan.
Luis Dulci selaku mantan Menko Ekonomi Politik pada era Lula menjelaskan bahwa Lula berhasil memacu pertumbuhan 4 persen sampai dengan 5 persen per tahun-bahkan pada tahun 2010 bisa mencapai 7 persen-dengan angka inflasi yang tercatat terendah dalam dalam sejarah Brasil : 4 persen. Padahal saat Lula baru mengambil alih kekuasaan dari pemerintah sebelumnya pada tahun 2002, dia diwarisi inflasi hingga 16 persen.
Tentu tak semuanya kisah tentang sukses. Lula mengakui bahwa ada satu kegagalan yang sangat strategis selama dua periode pemerintahannya. Kegagalan yang dia maksud adalah saat mengajukan RUU Pajak Progresif. RUU ini mewajibkan masyarakat kelas atas membayar pajak dengan dengan persentase yang lebih tinggi atas pendapatannya. Kegagalan ini disebabkan Partai Pekerja dan Partai Sosialis yang mendukungnya diparlemen hanya menguasai 30 persen kursi sehingga kalah voting.
Seandainya RUU ini lolos diharapkan Brasil memiliki sumber pendanaan bagi lebih banyak proyek sosial untuk rakyat miskin, membeli mayoritas saham perusahaan-perusahaan asing dan juga membeli tanah-tanah perkebunan luas milik swasta untuk di distribusikan kepada petani miskin.
Bantuan Tunai
Meski RUU Pajak Progresif tersebut tidak lolos rakyat miskin tetap bisa ditolong, saat Lula menggenjot program bantuan langsung tunai sebagai bagian dari Program Bolsa Familia. Dalam program ini setiap keluarga miskin diberi kartu ATM untuk mengambil uang tunai tersebut sehingga transaksinya tercatat secara elektronik.
System ini diharapkan bisa mencegah penyalahgunaan politik atau kekacauan distribusi. Namun, agar program bantuan langsung tunai itu sungguh-sungguh bisa menopang kesejahteraan rakyat, keluarga penerima bantuan langsung tunai diwajibkan menyekolahkan anak-anaknya dan rajin memeriksa kesehatan mereka di pusat-pusat kesehatan masyarakat. Keduanya Cuma-Cuma. Jika gagal memenuhi syarat ini, keluarga tersebut akan dikeluarkan dari program bantuan langsung tunai.
Lula (yang harus meninggalkan diksusi lebih dulu karena melewati waktu yang dijadwalkan) bercerita kepada saya dengan bergairah. Dari penuturannya, saya menangkap kerinduan Lula pada negerinya dan dunia yang lebih baik.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, guru yang terpercaya bagi pegiat politik muda seperti saya adalah seorang tua yang sudah mempertanggungjwabkan tugas-tugas mulianya. Lula sekarang banyak menghabiskan waktu untuk berkeliling Brasil dan dunia untuk berceramah.
Sesekali pada akhir pekan dia menonton sepak bola Liga Brasil dengan berpanas-panas di tribune kelas ekonomi bersama rakyat biasa yang ia cintai. Sebelum berpisah, Lula menyampaikan salam hangatnya untuk semua pembaru sosial di Indonesia. Muito prazer em conhece lo, Presidente Lula.